Hindarilah Kebathilan Agar Tidak Tersesat Dari Jalan Allah
Written By Unknown on Minggu, 22 Agustus 2010 | 10.34.00
Kaum muslimin rahimakumullah..
Pertama-tama, marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita pada Allah dengan berupaya maksimal melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul saw. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul Saw. Hanya dengan cara itulah ketaqwaan kita mengalami peningkatan dan perbaikan...
Selanjutnya, shalawat dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad Saw sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an:
Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas Nabi (Muhammad Saw). Wahai orang-orang beriman, ucapkan shalawat dan salam atas Nabi (Muhammad) Saw. (Al-Ahzab : 56)
Kaum Muslimin rahimakumullah..
Di akhir zaman seperti sekarang ini banyak hal terjadi yang sulit dicerna oleh akal sehat kita. Di antaranya ialah kaum Muslimin seakan berlomba meninggalkan ajaran Islamnya. Mereka lebih suka menjalankan ajaran ciptaan manusia dan peninggalan nenek moyang, ketimbang sistem ciptaan Allah, Pencipta mereka sendiri. Padahal jelas semua ajaran itu tidak akan dapat menyelamatkan diri baik di dunia apalagi di akhirat. Hanya sistem ciptaan Allah yang mampu menjamin keselamatan manusia di dunia dan juga akhirat kelak. Allah berfirman:
Dan siapa yang mencari selain Islam sebagai dien (sistem hidup), maka tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Ali Imran : 85)
Di tingkat Penguasa dan pemerintah negeri-negeri Muslim yang masih mengaku Muslim, dengan berbagai dalih, mereka malah memerangi Islam, ajarannya dan para penyeru Islam dengan terang-terangan. Lebih menyedihkan lagi, para pejuang Islam dan para da’i yang dulunya mati-matian menyebarkan nilai-nilai Islam tak sedikit yang telah berubah orientasi. Di mata mereka, Islam bukan lagi hal yang menarik untuk dijadikan jalan hidup dan sistem hidup yang akan mengatur detil-detil kehidupan di dunia ini. Mereka tanpa malu mencari dan menerapkan jalan lain selain Islam yang digunakan untuk mengatur semua aspek kehidupan di dunia ini, kendati terkadang masih memakai nama dan baju Islam.
Sesungguhnya meyakini kebenaran Islam dan memahami ajarannya dengan baik belum cukup sebagai bukti keimanan dan keislaman kita. Keyakinan dan pemaham tersebut menuntut perjuangan yang tak kenal henti dan tak kenal menyerah dan kompromi sampai titik darah penghabisan. Karena hakikat dakwan dan perjuangan dalam Islam bukanlah penguasaan atas berbagai fasilitas kehidupan seperti, kedudukan, harta, dan sekeping tanah tertentu, melainkan ketaatan yang mutlak kepada apa saja perintah Allah, baik dalam bentuk amar (perintah) maupun nahyi (larangan). Itulah puncak tauhid ubudiyah seorang Muslim. Itu pulalah yang membedakan antara Muslim yang berdakwah dan berjuang karena Allah dan yang berdakwah dan berjuang karena harta dan kedudukan.
Perjalanan dakwah yang sudah berumur lebih 14 abad itu mengajarkan kepada kita bahwa istiqomah fi thariqillah (konsisten di jalan Allah) dan tsabat fi sabiliddakwah (kokoh di jalan dakwah) serta ‘adamul isti’jal wal intifa’ minaddakwah (tidak tergesa-gesa dan tidak memanfaatkan dakwah untuk kepentingan duniawi) adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh para du’at ilallah. Orang-orang yang tidak istiqomah, tidak tsabat serta isti’jal dan memiliki sifat intifa’ dalam meniti jalan dakwah akan mudah tersesat dari jalan dakwah yang lurus bila menghadapi berbagai ujian dan cobaan, khususnya cobaan keduniaan berupa harta dan kekuasaan. Ketersesatan itu akan semakin jauh dan nyata apabila dakwah itu dijadikan sumber meraup keuntungan dunia berupa pangkat, kedudukan, harta, status sosial dan berbagai plakat dunia lainnya.
Sebab itu Rasul Saw. mengajarkan kepada kita doa agar tetap dalam hidayah-Nya dan mampu melihat dan menghindari kebatilan agar tidak tersesat dari jalan Allah, seperti yang dituiskan Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika menjelaskan ayat 214 dari surat Al-Baqoroh:
Yaa Allah. Perlihatkanlah kepada kami yang Hak itu adalah Hak dan anugerahkanlah kepada kami kemampuan mengkutinya. Dan perlihatkanlah kepada kami yang Bathil itu adalah Bathil dan anugerahkanlah kepada kami taufik untuk menghindarinya. Janganlah Engkau jadikan kebathilan itu samar di mata kami, nanti kami bisa tersesat (dari jaln-Mu). Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.
Kaum Muslimin rahimakumullah..
Sebagaimana Hidayah ada sebab pemberiannya, maka Dholalah (Kesesatan) juga ada sebabnya. Penyebabnya bisa karena tergiur dan tertipu oleh godaan setan dan bisa juga kerena dorongan syahwat dalam diri sendiri, sperti :
1. Mengingkari (Kufur) dan menyekutukan (syirik) Tuhan Pencipta serta menolak agama-Nya yang bersih dari ajaran syirik, seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya :
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Q.S. Az-Zumar: 3)
2. Merubah aturan hidup yang ditetapkan Allah, (menghalalkan yang diharamkan Allah dan mengharamkan yang dihalalkan Allah), seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya :
Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mensesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Setan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. Attaubah: 37)
3. Berbuat zalim dengan mengingkari Tuhan Pencipta atau bersikap sebagai Tuhan, seperti yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya :
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhan Penciptanya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhan Penciptaku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Baqarah: 258)
Sumber : http://www.al-idrisiyyah.com/read/article/21/hindarilah-kebathilan-agar-tidak-tersesat-dari-jalan-allah
Labels:
Artikel




