Minggu, 22 Agustus 2010
Rendang Uni Farah, Rendang Khas Kampung dalam Kemasan Modern
Rendang Uni Farah
Deskripsi rendang uni farah
Bosan dengan chicken nugget atau makanan impor lainnya?! Cobalah Rendang Uni Farah yang dikemas dalam kemasan kedap udara yang mampu bertahan hingga enam bulan di lemari pendingin maupun dalam suhu ekstrem saat dibawa ke tanah suci. Rasanya pas, khas Indonesia, dan tentu saja, dikemas dalam kemasan cantik membuat Rendang Uni Farah 'bukan sekadar rendang'.
Silaturahim Membawa Ide Bisnis
Siapa sangka kebiasaan mengirimkan makanan ke sanak saudara mengantarkan Andam berbisnis rendang hingga saat ini. Andam yang bernama lengkap Reno Andam Suri, mulai serius menggeluti bisnis rendang sekitar enam tahun lalu. Berawal dari parsel rendang yang disukai oleh famili dan teman-temannya, pesanan parsel rendang pun berdatangan, khususnya menjelang hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Selain rasanya yang istimewa, Andam juga menawarkan rendang dalam kemasan parsel yang 'wah', seperti dikemas dalam toples cantik, piring, mangkok, atau pun paper bag yang menawan.
Rendang basah yang diracik Andam memiliki keistimewaan tersendiri, mulai dari produksi hingga pengemasan. Dibandingkan dengan rendang kering atau runtiah yang banyak ditemui di pasar-pasar, rendang bikinan Andam adalah rendang basah yang dibuat dengan cara tradisional tapi dikemas dengan kemasan modern. Andam memasak rendang di garasi rumahnya dengan tungku api menggunakan kayu sebagai 'bahan bakar'nya. Dengan memberdayakan tiga orang tetangganya untuk mengaduk adonan rendang, Andam pun dapat tetap memantau aktivitas kedua putrinya di rumah sambil tetap menjalankan bisnis.
Andam dan kedua putrinya
Kemasan Kedap Udara, Terobosan Baru dalam Memasarkan Rendang Basah
Setelah dua tahun sejak parsel Rendang Uni Farah 'terkenal', mulai banyak orang yang memesan rendang dengan konsep cepat saji dan praktis, bahkan untuk dibawa ke luar negeri. Mulailah Andam berinovasi, dari membungkus dengan kemasan plastik biasa, dengan menggunakan tempat plastik roti, hingga plastik kedap udara. Cara yang terakhirlah yang menurut wanita berdarah Minang ini paling praktis dan cost effective.
Walaupun divakum, rendang buatan Andam tetap bebas lemak, rasanya terjaga, meski tanpa bahan pengawet. Kelebihannya lagi, rendang ini pun praktis untuk dibawa, misalnya sebagai bekal makanan untuk pergi haji. Tak heran, Andam yang pernah menguji ketahanan rendangnya di tanah suci ini yakin dapat menarik minat para calon haji untuk membawa rendang buatannya sebagai bekal. Untuk lebih memantapkan para pelanggan mengenai kehalalan dan higienis rendang buatannya, Andam pun memproses Rendang Uni Farah untuk diuji di Departemen Kesehatan dan BPPOM MUI untuk mendapatkan sertifikasi halal.
Dengan kemasan modern dan cita rasa istimewa tersebut, Rendang Uni Farah, yang diambil dari nama putri pertama Andam, banyak dilirik oleh investor maupun hipermarket untuk meluaskan distribusinya. Namun, Andam masih menimbang-nimbang karena tidak ingin rendang buatannya kehilangan 'feel' karena dibuat massal atau pabrikan.
“Bagi saya, rendang ini ada feel-nya, mengaduknya ada feel-nya. Jadi nggak cuma seperti mesin, saya nggak bisa begitu membuat rendang ini,” ujar wanita lulusan Desain Grafis Trisakti ini.
Namun, meski ingin mempertahankan 'feel' rendang serta dibuat secara homemade, Andam tetap berencana memasarkan Rendang Uni Farah ke beberapa supermarket khusus yang jaringannya masih belum terlalu banyak.
Memasak rendang memang membutuhkan kesabaran. Dalam sehari, Andam dapat membuat sekitar 7—11 kg rendang dengan jangka waktu pembuatan hingga tujuh jam. Tak heran, waktu yang diperlukan terbilang lama karena Andam menggunakan tungku tradisional dengan kayu sebagai bahan bakarnya. Kayunya sendiri diperoleh Andam dari sekitar komplek rumahnya, biasanya tukang becak yang rajin mengantarkan kayu ke rumah Andam.
Sumber : http://www.al-idrisiyyah.com/read/article/16/rendang-uni-farah-rendang-khas-kampung-dalam-kemasan-modern



