Jum'at, 24 September 2010
Air
ilustrasi
Oleh : Ustd.Syafrudin,S.Ag
Jika kita membaca kitab suci Al Qur’an, kita akan menemukan ayat-ayat yang berbicara tentang air, lebih kurang 56 ayat. Sebagian besar menjelaskan bagaimana air sebagai salah satu makhluk Allah SWT yang sangat berperan aktif bagi kehidupan makhluk yang lainnya. Termasuk kita manusia diciptakan dari air (mani). Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an,”Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami telah menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.”(QS.36:77).
Air merupakan molokul yang bersifat mengalir dan bergerak, dan kadang bisa panas atau dingin. Air banyak mengandung manfaat bagi kehidupan makhluk di dunia. Menumbuhkan tanam-tanaman, menghidupkan tanah (bumi) yang kering, sebagai minuman bagi makhluk yang melata di bumi. Begitu pentingnya bagi manusia, hampir 80 persen tubuh manusia membutuhkan air sebagai sumber kehidupan.
Umat Islam apabila ingin mendirikan ibadah shalat, diwajibkan terlebih dahulu berwudhu dengan menggunakan air sebagai syarat sahnya ibadah shalat, kecuali tidak ada sama sekali maka boleh diganti dengan cara bertayammum (dengan debu) (Lihat:QS.5:6). Begitu urgentnya air sebagai salahsatu pensuci tubuh, maka diturunkanlah air hujan dan dialirkan ke laut, sungai, kolam, danau, parit, yang lebih banyak intensitasnya dibandingkan dengan daratan bumi.
Air itu indah kelihatannya, warnanya mengkilau putih bagaikan mutiara bersinar terang, lembut rasanya, bermanfaat untuk memadamkan api yang panas dan bisa menghilangkan rasa haus bagi makhluk-Nya. Tetapi, pada saat yang lain dia bisa berubah menjadi raksasa yang menakutkan bagi semua makhluk-Nya, ia bisa datang dengan tiba-tiba berupa banjir, hujan lebat, badai topan, gempa bumi dan tsunami, menenggelamkan apa saja yang melata dan bernyawa. Tidak ada yang berani menghadapi musibah atau azab tersebut, karena ia bisa memisahkan antara ayah, ibu, anak, suami, isteri, saudara, famili, harta benda kekayaan, rumah tempat tinggal dan apa saja. Tidak ada kata kompromi untuk menunda waktu, ia bagaikan malaikat pencabut nyawa yang datang tiba-tiba dan tidak bisa dimajukan atau dimundurkan walau pun sesaat.
Air sebagai salah satu nikmat yang wajib disukuri dan kita bisa belajar banyak dari ciptaanNya ini. Bahwa tidak semua yang kelihatannya lemah adalah selalu dalam keadaan lemah, karena selalu ada hukum perubahan. Dari tidak ada menjadi ada kemudian tiada, dari kuat menjadi lemah, dari kecil menjadi besar, dari bayi menjadi anak-anak kemudian remaja, dewasa, tua renta kemudian fikun (selalu lupa) kembali seperti bayi dan seterusnya akan selalu ada perubahan demi perubahan dan akhirnya semua menjadi fana (tiada).
Kehancuran alam raya ini akan selalu melibatkan air, sebagaimana kisah kehancuran kaum Luth umat Nabi Luth, kaum samud dan ‘ad umat Nabi Salih, Fir’aun dan Qarun pada masa Nabi Musa, semua dibinasakan akibat kedurhakan terhadap utusan Allah SWT membangkang dan tidak mentaati risalah yang disampaikan. Begitu juga dengan kaum Nabi Nuh, Allah SWT menyelamatkan beliau dengan orang-orang yang taat dan mengikutinya, sedangkan Kan’an salah satu anak kandungnya sendiri ikut tenggelam dalam air bah yang besar bersama orang-orang yang membangkang.
Air mengandung manfaat yang besar sebagaimana dalam cerita Nabi Ismail As, ketika beliau masih dalam keadaan anak-anak berlari-lari antara shafa dan marwa. Dengan izin Allah SWT keluarlah air zam-zam sebagai sumber kehidupan bagi keluarga Ibrahim As dan salah satu bagian dari mukjizat yang diberikan kepada kekasihNya para Nabi dan Rasul. Sampai hari ini umat Islam yang menunaikan ibadah haji ke Makah terus menikmati dan memanfaatkan air zam-zam sebagai kebutuhan sehari-hari. Inilah salahsatu ayat-ayat Allah SWT sebagai tanda kekuasaanNya berkehendak dan berbuat semauNya terhadap makhluk ciptaanNya (QS.85:15-16). Wallahu a’lam
Sumber : http://www.al-idrisiyyah.com/read/article/74/air




