Headlines News :
Home » » MENGUNJUNGI SANUSIYYAH MALAYSIA

MENGUNJUNGI SANUSIYYAH MALAYSIA

Written By Unknown on Rabu, 25 September 2013 | 09.37.00

Rabu, 25 September 2013
MENGUNJUNGI SANUSIYYAH MALAYSIA
                 
Kunjungan ke Malaysia 21-23 September 2013 a
Bersama Sheikh Fuad di Pesantren Darul Maliki
Selama 3 hari rombongan Mursyid Al-Idrisiyyah Indonesia mengunjungi beberapa tempat aktivitas jama’ah Sanusiyyah di Malaysia. Kedatangan tersebut dalam rangka memenuhi undangan dan merupakan balasan kunjungan Sheikh Fuad Kamaludin beberapa minggu lalu ke Pusat Kegiatan Tarekat Idrisiyyah di Tasikmalaya.

Ketika rombongan datang, mereka disambut dengan hangat dan meriah oleh jajaran murid Tahfizh di Pondok Sofa di daerah Dataran Sentral Seremban, Negeri Sembilan. Ratusan santri menyambut hangat kedatangan tamu saat kaki mereka menginjak halaman Pesantren tersebut. Lantunan sholawat mengiringi rombongan masuk ke dalam bangunan yang luas areanya mirip sebuah perusahaan di kawasan industri Pulogadung, Jakarta. Di tempat ini rombongan dijamu dengan ramah oleh tuan rumah dengan aneka masakan yang khas dari Negeri Sembilan, bercita rasa Minang (Melayu).
Dalam ruangan perjamuan tersebut, tampak berjajar rak yang berisi ratusan judul kitab-kitab koleksi Sheikh Fuad, mulai dari Tafsir, Hadits, Tarikh, Tauhid, dan lain sebagainya. Nuansa keilmuan begitu kental dalam ruangan tersebut.

Selesai menyantap hidangan, rombongan berbincang sekitar satu jam bersama Sheikh Fuad sebagai sambutan awal kedatangan kami di negeri jiran tersebut. Banyak kisah yang disampaikan Syekh M. Fathurahman dalam perjamuan tersebut. Di antaranya kiprah Sanusiyyah pada masa Syekh Akbar Abdul Fattah di indonesia dengan melahirkan generasi Hizbullah, sebagai pasukan kompi istemewa yang disegani pada zaman penjajahan. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan seorang saksi sejarah yang ikut bersama rombongan, yakni H. Suja’i. Orang tua yang berusia hampir 90 tahun lebih ini menuturkan bagaimana pahit getir masa penjajahan Belanda dan Jepang pada masa dahulu.

Pembincangan begitu hangat dan akrab. Sheikh Fuad dan beberapa pengurusnya mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan Syekh M. Fathurahman mengenai sejarah awal perjalanan Sanusiyyah masuk ke Indonesia. Selain itu Beliau juga menimpali dengan uraian sejarah semangat jihad tentara Sanusiyyah pada masa Syekh Ahmad Syarif, yang dibuktikan dengan sosok Umar Mukhtar, Singa Padang Pasir.

Setengah jam setelah istirahat rombongan yang berjumlah 11 orang ini dijemput menuju salah satu pusat kegiatan Sanusiyyah yang berada di daerah Dataran Sentral Seremban. Ketika sampai di sebuah kawasan pertokoan daerah tersebut rombongan mengira akan diajak ke tempat perbelanjaan. Namun tak disangka, bangunan tersebut merupakan salah satu tempat pendidikan Yayasan Sofa, yang bernama Zawiyah Fatimah Syifa (namanya diambil dari salah seorang istri Raja Idris di Maroko).
Di dalam gedung luas dan megah yang mirip bangunan pertokoan ini rombongan diterima oleh pengurus Zawiyyah. Di sebuah ruangan khusus, Ust. Abdullah dan jajaran pengurusnya memberikan presentasi yang memaparkan sejarah awal berdirinya pergerakan pendidikan dan dakwah Sanusiyyah di Negeri Sembilan. Selintas dari visi misi yang diungkapkan banyak kemiripan dengan cita-cita lembaga pendidikan Idrisiyyah di Indonesia.

Salah satu keinginan luhur Sheikh Fuad adalah menyelenggarakan pendidikan berjenjang dari sejak kecil (Diniyyah) hingga ke perguruan tinggi, semuanya bercorak (manhaj) Sanusiyyah. Inilah keinginan yang sama dengan lembaga pendidikan di FADRIS (Fat-hiyyah Al-Idrisiyyah), yang menginginkan pendidikan umum berbasis pesantren dan menyempurnakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi dalam satu naungan manhaj, sehingga terpelihara dan berkembang pijakan pendidikan yang telah tertanam sejak kecil di Pesantren.

Oleh karenanya Yayasan Sofa bermaksud mendirikan sebuah Universitas, namun untuk mendirikannya memiliki kendala besar dalam hal legalitas (perizinan). Hal ini disambut baik oleh Syekh M. Fathurahman karena hal tersebut merupakan keinginan yang sama pula dengan lembaga pendidikan Al-Idrisiyyah di Indonesia. Sehingga lahirlah keinginan kedua belah pihak untuk mengadakan kerjasama untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Menurut  salah satu alumni pertama yang menjadi Pengurus Yayasan Sofa ini juga menjelaskan bahwa seluruh aset Yayasan Sofa berupa kegiatan pendidikan, usaha, dan lain-lain berada di bawah Koperasi kepemilikannya. Sedangkan dari sisi operasional semua kegiatan dikomandoi oleh bidangnya masing-masing, baik ekonomi, pendidikan maupun dakwah. Dalam bidang pendidikan sudah terlihat jelas bagaimana dukungan kuat bidang usaha menyertai dalam berbagai aspek kegiatan dan fasilitasnya. Gedung, modern, sarana transportasi, penerbitan buku/kitab, dan lain-lain adalah buktinya.

Selesai acara di Zawiyyah Fatimah pada sore hari itu rombongan beranjak menuju penginapan. Setelah Isya rombongan sudah dijemput kembali menuju lokasi acara Haul di Rembau, Negeri Sembilan. Sekitar 1 jam perjalanan, rombongan diajak ke tempat kelahiran Sheikh Fuad dan melewati beberapa situs awal pergerakan dakwah Sanusiyyah di Chenong. Di Rembau ratusan jama’ah telah menanti di dalam masjid. Masjid penuh sesak dengan jama’ah hingga sampai keluar masjid. Masjid tersebut berada di tengah kompleks pendidikan Sanusiyyah yang paling besar di antara zawiyyah lainnya, yakni Zawiyyah Sayyid Ahmad al Syarif yang berlokasi di Bukit Sembilan.

Selain taushiyah, dalam acara Haul tersebut dilantunkan beberapa bait sholawat dengan indah oleh para Qori dan Hafizh. Di antara alunan tersebut adalah bait syair silsilah dan Maulid Sanusiyyah.
Syekh M. Fathurahman dalam taushiyahnya selama lebih kurang 30 menit menyatakan pentingnya membangun persatuan dan persaudaraan sesama muslim khususnya yang memiliki manhaj yang sama. 2 hal yang menyebabkan keterpurukan umat Islam saat ini adalah syubuhat, yakni ketidakjelasan umat terhadap pemahaman Islam yang lengkap dan utuh. Sehingga timbullah kesalahpahaman terhadap ajaran Islam dan umat lain memandangnya dengan keliru pula. Kedua, gejolak hawa nafsu yang menimbulkan kehancuran umat. Manhaj Sanusiyyah yang memiliki fakta sejarah yang diakui di panggung kehidupan dunia diharapkan mampu mengangkat kembali roda kejayaan umat yang saat ini sedang berada di bawah (terpuruk).

Sheikh Fuad mengungkapkan pentingnya mengadakan haul untuk melihat keteladanan dan semangat Syekh Ahmad Syarif dalam menyebarkan dakwah Islam ke seluruh negeri, walaupun mendapatkan tantangan hebat dari para penjajah. Menurutnya, tidak ada seorang Mujahid Islam yang menghadapi 3 negara penjajah sekaligus dalam satu masa. Syekh Ahmad Syarif tidak menganjurkan mengadakan front peperangan dengan bangsa Eropa tapi beliau mempertahankan diri dan memelihara kenikmatan besar yang telah diperolehnya dari Allah Swt berupa kenikmatan keimanan dan keislaman yang telah ditunjukkan dengan pergerakan Sanusiyyah di daerah Libya. Beliau bukan berjuang dengan mengangkat senjata tapi dengan semangat keimanan yang ada di dalam dadanya. Oleh karenanya beliau berprinsip tidak mencari-cari musuh, tapi ia tidak akan lari apabila musuh datang menyerang. Dalam suatu saat ia pernah menyatakan bahwa ia tidak akan lari dari para penjajah, dan aku akan menghadapinya meski seorang diri dengan menggunakan tongkatku ini!
Syekh M. Fathurahman beserta rombongan setelah menghadiri acara tiba di penginapan hampir jam 1 malam, dan langsung beristirahat karena besok akan mempersiapkan diri menghadiri acara Seminar di TM Convention Centre di Kuala Lumpur. Perjalanan dari hotel Royal Seremban menuju lokasi acara ditempuh sekitar 1 jam.

Tiba di lokasi acara, rombongan tamu disambut panitia yang kebanyakan masih muda belia. Mereka berpenampilan rapi bergaya melayu. Saat rombongan masuk ke ruangan aula besar, acara sedang berlangsung. Seminar yang bertajuk “Al Sanusiyyah Di Persada Dakwah” itu telah dihadiri ratusan peserta yang mengikuti acara dengan khidmat.

Pemakalah pertama, Ust. Salahuddin bin Azarai menyampaikan materi bertajuk Tokoh-tokoh Al Sanusiyyah dalam Menjulang Panji Jihad dan Dakwah di Dunia Islam. Ust. Mohammad Sufi bin Ibrahim pada penyampaian materi kedua menguraikan Manhaj Tarekat Sanusiyyah, yang isinya banyak memuat corak bimbingan tarbiyyah dalam Tarekat Sanusiyyah yang telah diajarkan di tengah zawiyyah Sanusiyyah pada masa dulu.

Syekh M. Fathurahman tidak memberikan makalah secara khusus pada seminar tersebut karena ingin menyampaikan gagasan makalah secara alami (apa adanya) bak air mengalir. Beliau menyambung apa yang diungkap pemateri sebelumnya dan menyatakan betapa agung manhaj Tarekat Sanusiyyah yang merupakan warisan silsilah yang muttashil (bersambung) dari Guru-guru (Mursyid) sebelumnya hingga kini. Inilah karunia besar yang tidak bisa dinilai dengan materi, karena merupakan nikmat yang hakiki sebagaimana Allah turunkan Al-Quran kepada umat ini.

Betapa jelas fakta sejarah yang membentang dan tak dapat dipungkiri bagaimana sepak terjang para Mursyid Tarekat Sanusiyyah pada masa lalu. Syekh Ahmad Syarif merupakan sosok yang memperhatikan seluruh umat, tidak hanya ikhwan (jama’ah Sanusiyyah) saja. Kala itu cita-cita Beliau ingin membangun peradaban dan persatuan umat (Jami’atul Islamiyyah). Saat umat sedang terpuruk di mana negara-negara Islam sedang dijajah bangsa Eropa dan kekhalifahan Turki Usmani sedang lemah, Syekh Ahmad Syarif tampil mengerakkan potensi umat Islam dari kemunduran dan perpecahan. Pemikiran luas dan cita-cita tinggi seperti ini disebabkan karena adanya bimbingan Quraniyyah yang bersifat universal.

Jiwa Sanusiyyah adalah jiwa yang besar dan tidak sempit. Di tengah kondisi umat yang sedang mengalami permasalahan besar berupa konfilk horisontal saat ini penerus jejak perjuangan Sanusiyyah perlu tampil mengislahkan umat dari dalam. Yakni dengan saling merangkul dan duduk bersama dalam satu tingkatan (tidak ada yang merasa lebih tinggi atau rendah), membahas permasalahan besar umat.

Syekh M. Fathurahman juga menegaskan bahwa seluruh persoalan umat janganlah sampai menjadikan kita mundur dan semakin lemah, tapi kita jadikan sebagai Pekerjaan Rumah, serta merupakan bagian dari lahan ibadah dan ujian. Hal tersebut akan menjadi batu loncatan bagi kemajuan mental dan spiritual umat Islam.

Acara seminar ditutup dengan pembahasan penutup dari Dato’ Sheikh Fuad Kamaluddin. Dengan kebijaksanaan panitia, rombongan dipersilahkan untuk kembali ke penginapan untuk mempersiapkan lanjutan acara berikutnya.

Di hari ketiga, rombongan diajak ke Kompleks pendidikan di Darul Maliki, yang berisi santri-santri pilihan yang dipantau langsung oleh Sheikh Fuad. Tidak kurang sekitar 111 santri mendapatkan arahan dan bimbingan di tempat ini. Selain kecerdasan santri-santri di tempat ini juga telah lulus tes dalam masalah akhlak (budi pekerti)nya. Selepas lulus dari lembaga ini para santri diproyeksikan pendidikannya ke Universitas Maroko.

Saat ini, lembaga pendidikan yang dipimpin dan diasuh oleh Sheikh Fuad telah membina kerjasama dengan Universitas Qarawiyyin (perguruan tertinggi tertua dalam sejarah Islam) di Fez dan Universitas Syekh Khamis di Rabat, keduanya berada di Maroko. Para santri pilihan lulusan Sanusiyyah di Malaysia tersebut dapat melanjutkan pendidikannya di sana.

Pertemuan dengan Dato’ Sheikh Fuad di Darul Maliki merupakan pertemuan akhir dari rangkaian aktivitas kunjungan Syekh M. Fathurahman dan rombongan di negeri jiran. Selepas itu kami juga masih mendapat kebahagiaan berupa pertemuan dengan para ikhwan Tariqat Ahmadiah Idrisiah pimpinan Sidi Nizar yang menemui Syekh M. Fathurahman dan rombongan di penginapan dan bandara KLC.

Lq, 25 Sept 2013

Sumber: http://www.al-idrisiyyah.com/read/article/433/mengunjungi-sanusiyyah-malaysia

Share this post :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Blog alidrisiyyah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger