Headlines News :
Home » » Bincang dengan Mantan Menteri Agama

Bincang dengan Mantan Menteri Agama

Written By Unknown on Rabu, 22 Desember 2010 | 11.05.00

Dr. Tarmizi Taher, banyak yang mengingatnya sebagai sosok Menteri Agama RI yang pernah menjabat di era kepemimpinan Presiden Suharto. Di sebuah apartemen di tengah pusat Jakarta, Syekh M. Fathurahman bertatap muka dengan Pak Tarmizi yang kini sudah lanjut usia. Di usia yang tidak muda lagi tersebut, semangat ucapannya masih terlihat. Ia banyak mengisahkan perjalanan karirnya sewaktu menjabat Menteri. Berawal dari lembaga militer AL, Pak Tarmizi merupakan sosok menteri yang mujur karena, biasanya kebanyakan ‘jatah’ Menteri Agama sebelumnya banyak dijabat dari kalangan Bintal AD. Hal ini menjadi hal yang wajar karena AD lebih banyak kiprahnya di tengah masyarakat di bandingkan dengan angkatan militer lainnya. Bahkan yang menerobos pendirian masjid di wilayah terpencil seperti di Papua kebanyakan dari kalangan angkatan darat. Banyak hal yang diceritakan kepada kami, ketika mantan Menteri yang sekarang menjabat ketua DMI (Dewan Masjid Indonesia) masih menjadi Menteri Agama. Termasuk interaksi dengan berbagai tokoh kelompok multi etnis dan agama. Pembicaraan kami begitu rileks, tapi tidak keluar dari rantai narasi yang diungkapkan sebagai autobiografi seorang tokoh Ulama nasional. Pembicaraan terkadang membuat kami tampak serius, apalagi saat nada pembicaraan Beliau mendadak hilang memotong rangkaian cerita. Hanya isterinya yang bisa meladeni ungkapan-ungkapan Beliau, dengan mengingatkan atau menegaskan ucapannya. Satu hal yang menjadi catatan Beliau untuk kelompok Tarekat adalah pembenahan diri mengenai masalah Tauhid. Sebab banyak catatan kelompok Tarekat yang disorot mengenai masalah TBC (Takhayul Bid’ah Churafat) oleh kaum akademis saat ini. Kaum intelektual lebih banyak mengedepankan rasionalitas agama ketimbang hal-hal mistik (spiritual). Oleh karenanya kaum Tarekat mesti memahami kondisi pembaharuan dalam Islam yang saat ini banyak diusung oleh kaum intelektual. Beliau merasa bersyukur dengan kehadiran Mursyid Al-Idrisiyyah yang masih muda dan diharapkan dapat membuat konsep perubahan bagi dunia Tarekat. Lebih lanjut Beliau belum menerima konsep Guru centris yang dikatakan seorang Guru Tarekat sebagai Aminullah fil Ardh, tangan kanan Allah di muka bumi. Sehingga dengan istilah tersebut, seorang Mursyid seolah diposisikan sebagai orang yang bebas berbuat apapun di kehidupan ini. Hal demikian yang banyak disorot oleh komunitas di luar Tarekat. Orang Tarekat mesti membuka diri kepada dunia luar, jangan berada di dalam saja dan merasa dirinya yang paling benar. Banyak kelompok Islam yang merasa dirinya paling benar sehingga tidak mempedulikan keyakinan orang lain. Akhirnya tidak ada jalan dialog yang bisa memecahkan masalah pertikaian di antara kelompok Islam karena masing-masing kelompok mempertahankan prinsipnya masing-masing. Pernah terjadi, dulu ada dua orang yang berdebat suatu masalah hingga keduanya terlibat baku hantam secara fisik. Aneh, kok gara-gara perbedaan pendapat saja kita gampang emosi dan mau berkelahi. Berarti kita belum bisa memahami perbedaan dalam keyakinan. Syekh M. Fathurahman menjelaskan, pada awal kelahiran Tarekat Idrisiyyah yang dahulunya bernama Sanusiyyah, para pendiri Tarekat ini menaruh asas pendidikan bagi murid-muridnya berdasarkan sumber yang kokoh dan diakui. Selain Al-Quran dan As-Sunnah, Sanusiyyah mengajarkan murid-muridnya kepada kemurnian dalam menjalankan syariat Islam. Tarekat Sanusiyyah justru sangat anti terhadap TBC tersebut. Bahkan dasar pengambilan ajaran Tauhidnya banyak yang seiring dengan pemikiran Ibnu Taimiyah dalam pemurnian nilai-nilai Tauhid. Maka tidak mustahil jika satu-satunya Tarekat yang diterima di lingkungan akademis Saudi Arabia adalah Tarekat Sanusiyyah. Hal ini dibuktikan dengan adanya literatur lengkap karya Syekh Ahmad bin Idris dan Syekh Muhammad bin Ali Sanusi di perpustakaan King Saud. Syekh M. Fathurahman ketika dipersilahkan untuk memberikan Taushiyah di hadapan keluarga besar Dr. Tarmizi, merasa tidak pantas memberikan nasehat, bahkan Beliau meminta do’a dan spirit bagi kepemimpinannya yang baru. Kehadiran kepemimpinan muda di Tarekat Idrisiyyah saat ini semoga menjadi pembawa perubahan dan penengah berbagai kelompok Islam yang terpecah saat ini. Sebuah misi yang amat berat dan memerlukan konsentrasi perhatian penuh terhadap berbagai persoalan umat baik internal maupun eksternal. LQ, 20 Des 2010 Sumber : http://www.al-idrisiyyah.com/read/article/174/bincang-dengan-mantan-menteri-agama
Share this post :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Blog alidrisiyyah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger