Headlines News :
Home » » Dialog Tentang Perjalanan Haji dan Umrah

Dialog Tentang Perjalanan Haji dan Umrah

Written By Unknown on Selasa, 19 April 2011 | 10.36.00

Seorang murid mengisahkan pengalaman sewaktu umrah, dia merasa heran bahwa kenikmatan ibadah dan dzikir ketika di Mekah itu berbeda dengan di tempat Syekh Mursyid. Pencapaiannya kepada tingkat kekhusyu'an dan kenikmatan dzauq saat berdzikir tidak semudah ketika ia beribadah bersama Syekh Mursyid. Syekh M. Fathurahman mengatakan bahwa segala sesuatu itu memiliki pintu. Kalau kita sudah menemukan 'pintu gerbang' kekhusyuan maka ia akan sulit mencapai khusyu' melainkan ia mesti melewatinya. Dahulu Syekh Muhammad bin Ali as-Sanusi pernah bermujahadah agar mendapatkan curahan bimbingan langsung dari Rasulullah Saw. Maka pada malam harinya ia didatangi oleh Rasulullah Saw. Dan sabda Beliau Saw ketika itu, 'Engkau mesti melewati pintu Syekh Ahmad bin Idris!' Oleh karenanya, meskipun seseorang melaksanakan ibadah di Mekah atau Madinah, jika ia tidak melewati 'pintu'nya, maka pencapaian ibadahnya hanya sebatas karunia sederhana yang umumnya dirasakan orang seperti bisa menangis atau merasa tentram. Pintu yang dimaksud adalah Ulama penerus kepemimpinan Kenabian (Waratsatul Anbiya) yang terpilih di setiap masa. Allah itu bersifat Adil, ke Mekah dan Madinah itu sebatas melaksanakan kewajiban saja. Sedangkan pengalaman batiniyyah (ruhaniyyah) itu bisa dirasakan dan diraih tanpa mesti pergi ke sana. Itulah yang digapai oleh orang-orang yang mengerti kenikmatan (karunia) dalam beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla. Mekah saat ini tidak seperti pada masa dahulu. Dahulu Mekah dijadikan sebagai pusat gerakan perubahan dunia muslim. Sepulang ibadah haji, orang-orang dahulu membawa semangat, ide (gagasan), konsep dan gerakan perubahan di daerahnya masing-masing. Contoh, Perang Paderi yang dimotori oleh Imam Bonjol, Syekh Yusuf Makasar, dsb. Oleh karenanya pihak penjajah dahulu mengidentifikasi orang-orang yang selesai ibadah ke Mekah itu dengan sebutan 'Haji'. Hal ini untuk memudahkan mereka mengantisipasi semangat militan para Haji dalam menentang kaum penjajah. Sejarah mencatat bahwa alasan perpindahan tempat pengasingan Syekh Yusuf Makasar dari Srilanka kemudian akhirnya ke Afrika Selatan adalah karena ia selalu dikunjungi oleh para jama'ah haji yang bertransit. Sepulang haji, para jama'ah membawa oleh-oleh semangat perjuangan untuk menentang penjajah. Dahulu, ada pusat Sufi dan gerakan Islam di Jabal Abu Qubais. Saat ini sudah digusur menjadi istana kerajaan. Orang-orang banyak meminta dukungan spirit perjuangan dari tokoh-tokoh Ulama masa itu. Saat ini, yang kita saksikan adalah banyak orang yang sepulang haji tidak mampu membawa perubahan bagi lingkungan sekitarnya. Bahkan, jangankan lingkungan sekitar, dirinya sendiri saja belum bisa berhijrah. Perubahan Mekah dan Madinah adalah hanya keindahan masjidnya saja. Sedangkan keberadaan keduanya saat ini bukan sebagai pusat komunitas Islam dunia yang dapat memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi umat saat ini. Mekah tampak hanya sebagai pusat ritual ibadah haji saja. Syekh M. Fathurahman berkata, 'Dunia ini berputar. Allah akan menguji manusia dengan berbagai kenikmatan dan penderitaan. Saat ini Islam sedang terpuruk, dan suatu saat Allah akan mengembalikan keadaan kepada posisi yang semestinya. Cepat atau tidaknya perubahan bergantung dari kemauan umat Islam untuk mau berubah atau merubahnya'. Lq, 19 April 2011 Sumber : http://www.al-idrisiyyah.com/read/article/205/dialog-tentang-perjalanan-haji-dan-umrah
Share this post :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Blog alidrisiyyah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger