Kunjungan ke kediaman Ketua MUI
Written By Unknown on Selasa, 10 Mei 2011 | 15.57.00
Hari Senin, 9 Mei 2011 kemarin, Syekh M. Fathurahman didampingi beberapa pengurus mengunjungi kediaman Ketua MUI DKI Jakarta, KH. Mundzir Tamam. Kunjungan pertama kali ini dipandu oleh Bapak Baharudin, MA salah seorang jama'ah asal Makasar yang kini menetap di Jakarta.
Saat bertemu, Kiyai Mundzir (begitu panggilan singkatnya) mengekspresikan kegembiraannya. Karena perkenalan dengan jama'ah Idrisiyyah sebenarnya sudah cukup lama. Ketika menghadiri acara-acara di level wilayah provinsi DKI, beliau sering melihat jama'ah Idrisiyyah yang berpakaian khas bersurban dan berselendang hijau.Dalam hati, kata Kiyai berusia 70-an tahun ini, ingin sekali mengenal lebih dekat dengan jama'ah Idrisiyyah, tapi bagaimana ya, katanya. Alhamdulillah, pada kesempatan ini, langsung Rois (pimpinannya) datang langsung ke tempat saya, ujar Kiyai berdarah Betawi ini.
Selanjutnya Kiyai menanyakan sejarah keberadaan Idrisiyyah di Indonesia. Lalu, Syekh M. Fathurahman menceritakan perjalanan awal masuknya Idrisiyyah ke Indonesia, yang diawali dengan pencarian sosok Waliyyan Mursyida oleh Syekh Akbar Abdul Fattah. Hingga akhirnya dilanjutkan oleh generasi kepemimpinan yang keempat di Indonesia oleh Syekh M. Fathurahman, lebih kurang 10 bulan yang lalu..
Ketika sedang seru-serunya bercerita, datanglah 2 orang tamu lagi, kemudian diajak oleh Kiyai Mundzir untuk bergabung. Salah satu dari keduanya adalah Dr. Didin Supandi, Lc MA, seorang dosen UIN Bandung yang bekerja di bag. POM MUI. Setelah mendengar uraian Syekh M. Fathurahman, baik Kiyai Mundzir maupun beberapa tamu yang hadir merasa gembira bisa bertemu dengan Syekh M. Fathurahman.
Pak Didin sebagai dosen Tasawuf di UIN begitu tertarik mendengar pembicaraan Syekh dengan Kiyai Mundzir, sehingga ia ingin berkunjung langsung ke Ponpes Al-Idrisiyyah di Tasikmalaya. Begitu pula Kiyai yang suka Rihlah (jalan-jalan) ini. Sebenarnya menurut pengakuan beliau sering melewati wilayah Tasikmalaya saat mengunjungi anaknya yang sedang study di Yogyakarta.
Kiyai Mundzir juga berkeinginan akan berkunjung ke Tasikmalaya dalam waktu dekat, kalau jadwal pengobatan beliau di Bandung tidak berubah. Apalagi setelah diceritakan di Tasikmalaya ada beberapa tempat pemandian air panas yang bagus untuk pemulihan kesehatan, beliau amat tertarik.
Kiyai Mundzir yang berkantor di Islamic Centre, dikenal sebagai sosok yang tidak bisa menganggur meski usianya sudah lanjut. Ia tidak pernah absen hadir di tempat kerjanya. Disamping itu merupakan sosok sepuh yang bijaksana dalam membijaki berbagai persoalan. Pernah ketika sedang cermah ia diinterupsi oleh seorang Habib dengan sebuah pertanyaan, 'Mengapa Presiden tidak langsung menyetop tempat-tempat pelacuran, Bukankah sebagai kepala negara mudah melakukannya? Semuanya kan jadi beres!' Kiyai Mundzir agak sedikit kaget karena baru kali ini ia berceramah diinterupsi. Lalu ia berkata, 'Presiden itu bagaikan orang tua. Kita semua bagaikan anak-anaknya. Beliau berusaha mencari solusi untuk semuanya agar terangkul semua golongan. Bukankah tidak mungkin kita sebagai orang tua mengusir anaknya sendiri, karena usulan anak lainnya?
Selesai pembicaraan, pengurus mengundang KH Mundzir untuk hadir pada acara Isra Mi'raj di Batu Tulis akhir Juni nanti. Pertemuan singkat itu ditutup dengan do'a oleh Syekh M. Fathurahman dan diamini oleh semua yang hadir. Jam 9 pagi Kiyai mesti sampai di kantornya, sedangkan kami pamit pulang untuk melanjutkan aktivitas berikutnya.
Insya Allah 2 minggu ke depan kami akan mengunjungi Ketua MUI dan Ulama Bekasi.
Lq, 10 Mei 2011
Sumber : http://www.al-idrisiyyah.com/read/article/215/kunjungan-ke-kediaman-ketua-mui
Labels:
External