Tarekat Idrisiyyah datang ke Malaysia lebih awal daripada Indonesia. Hal itulah yang mungkin menjadi penyebab ia lebih dikenal dan berkembang di negerinya dibanding tarekat lain. Bahkan beberapa orang Mufti di sana berasal dari tarekat ini.
Perkembangan selanjutnya, Tarekat yang dihadirkan oleh Syekh Ahmad bin Idris ini memiliki banyak sanad, sehingga melahirkan bermacam-macam cabang thariqah pula. Ada yang melalui jalur Dandarawiyah, Sanusiyah, Ja'fariyah, Khatmiyah dan lain-lain.
Jaringan internasional tarekat Idrisiyyah selama ini telah berjalan cukup baik.
Komunikasi di dunia maya memungkinkan jalinan hubungan dengan beberapa Tarekat Idrisiyyah dari beberapa negara menjadi lebih mudah.
Oleh sebab itulah rombongan Tarekat Al-Idrisiyyah Indonesia yang dipimpin Syekh Akbar M. Fathurahman menyempatkan waktu untuk mengunjungi kembali para Ikhwan di negeri Jiran tersebut, untuk mengokohkan kembali hubungan sesama murid Syekh Ahmad bin Idris Ra.
Alhamdulillah, begitu rombongan tiba di bandara Kuala Lumpur, 2 orang sudah menanti kedatangan kami. Karena rindu sudah lama tidak bersua, akhirnya kami pun menyempatkan untuk berpose bersama.
Setelah itu rombongan diantar langsung menuju Seremban. Setelah kurang lebih satu setengah jam perjalanan kami pun sampai. Kami disambut oleh puluhan jamaah Sidi Nizar yang tidak asing lagi, karena dahulu pernah datang ke Indonesia. Pertemuan mengharukan pun terjadi. Kedua belah pihak saling mengingat-ingat jejak pertemuan masa lalu.
Acara resepsi pernikahan Muhsin, putra bungsu Sidi Nizar (keturunan ke-3 Syekh Sa'id Linggi, pembawa Tarekat Idrisiyyah ke Malaysia) berjalan khidmat. Pengantin diarak dengan alunan shalawat Barzanji dan diiringi tabuhan marawis. Mirip dengan tradisi Betawi, namun lebih kental suasana Melayu. Selesai arakan pengantin menuju pelaminan, seluruh hadirin dipersilahkan menyantap hidangan yang telah disediakan di meja panjang di bawah tenda putih (sekitar 70 meter lebih).
Di setiap meja telah ada hidangan lengkap dan didampingi beberapa pelayan saji.
Di sela-sela menikmati hidangan, kami didatangi ikhwan-ikhwan Idrisiyyah Malaysia, dan menginginkan untuk berpose bersama (karena pertemuan tersebut jarang terjadi).
Tak lupa, oleh tuan rumah kami diperkenalkan dengan Syekh Ibrahim, seorang Imam Masjid di Omdurman (Sudan). Ia merupakan sahabat dekat Maulana Ahmad Idris yang pernah pula datang ke Indonesia.
Selain kegiatan tersebut, rombongan ikut hadir shalat Maghrib berjamaah hingga Isya di surau Idrisiyyah di kompleks perumahan yang tidak jauh dari tempat kami menginap.
Surau (mushala) tersebut merupakan peninggalan seorang Ulama pembawa Tarekat Idrisiyyah di Seremban. Setelah shalat kami saling berbincang tentang perkembangan Idrisiyyah di negeri masing-masing.
Berkunjung Ke Malaka
Kurang lebih 6 tahun yang lalu, Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan diundang pada peresmian majelis Darul Ansar di Malaka. Kala itu Mursyid Idrisiyyah dari berbagai negara ikut hadir. Kini, Syekh Akbar M. Fathurahman beserta rombongan datang kembali ke tempat tersebut.
Walau hubungan sesama murid Syekh Ahmad bin Idris tetap terjalin di ranah Maya, namun pertemuan secara fisik terasa lebih berkesan dan bermakna.
Malaka adalah kota yang terletak di dekat pesisir pantai. Di sanalah, jamaah Tarekat Ahmadiyah Idrisiyyah pimpinan Sheikh Rajab Akmal ibnu Halim berada.
Syekh M. Fathurahman diberikan kesempatan menyampaikan sambutan dan mutiara ilmu di hadapan jamaah Malaka yang kebanyakan masih muda-muda. Mereka amat antusias mendengarkan apa yang disampaikan Beliau dari awal hingga akhir.
Pada kesempatan itu Beliau menerangkan keberadaan tasawuf sebagai suatu ilmu bukanlah sesuatu yang baru, tapi lahir dari pondasi agama yang bernama Ihsan sebagaimana ilmu Tauhid yang lahir dari Rukun Iman atau Fikih yang berasal dari Rukun Islam.
Lanjut Beliau, 'Tasawuf amatlah penting dipelajari sejak dini, bukan menanti usia lanjut.
Tasawuf amat dibutuhkan sekali di tengah kehidupan yang telah banyak dipengaruhi oleh kotoran-kotoran (penyakit) batin.'
Oleh karenanya, menurut Beliau, para penganut tarekat yang mempelajari tasawuf mesti menjadi pelopor pergerakan Islam untuk perubahan umat. Lebih khusus kepada sesama ahli thariqah, sudah saatnya tidak lagi memandang perbedaan Silsilah, Guru, metode, serta tidak menonjolkan kelebihannya masing-masing. Karena semua thariqah sufi berasal dari Rasulullah Saw, yang memiliki rantai sanad masing-masing.
Selepas pertemuan di Darul Ansar, rombongan berangkat menuju bandara Kuala Lumpur untuk kembali tanah air.
(Lq)
Sumber : http://www.al-idrisiyyah.com/read/article/695/merajut-silaturahim-di-negeri-jiran
Merajut Silaturahim di Negeri Jiran
Written By Unknown on Jumat, 29 April 2016 | 09.46.00
Labels:
External