al-idrisiyyah.com | Orang yang sedang meniti jalan kepada Allah menjadi target utama iblis dan setan. Adapun orang yang tidak meniti jalan kepada Allah, iblis dan setan tidak perlu menggoda mereka karena dengan hawa nafsunya saja mereka sudah terjerumus melakukan dosa.
Sebagai contoh apa yang dialami Nabi Muhammad Saw. Iblis berusaha menghadang agar wahyu tidak sampai kepada Beliau Saw secara utuh. Namun Allah yang memiliki Sifat Al Waliyyu melindungi dan menjaga agamanya.
Majlis Ilmu di Masjid Al-Fattah
Syekh Muhammad Fathurahman mengisi majlis ilmu di Masjid Al-Fattah
Ketika agama diajarkan kepada sahabat, iblis juga melakukan hal yang sama menggoda sahabat agar agama tidak sampai kepada para sahabat dengan komprehensif. Pada tahap ini, muncullah peran Nabi sebagai kepanjangan tangan Allah sebagai Al Waliyyu dalam menjaga agama Allah.
Cara Allah menjaga agama-Nya adalah dengan memilih utusan-Nya dari kalangan manusia, mulai dari para Nabi sampai kepada para pewarisnya, yaitu Al Ulama.
Surat Al A’raf: 196 menyebutkan,
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِيْ نَزَّلَ الْكِتَابَ ۖ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِيْنَ.
Inna waliyyiyallaahul ladzii nazzalal kitaaba wahuwa yatawallash shoolihiin (Sesungguhnya Wali [pelindung Agama] Allah adalah mereka yang telah diturunkan kitab dan Dia-lah yang melindungi orang-orang yang saleh).
Untuk lebih memahami esensi makna wali menurut Al Quran, kita perhatikan Surat Yunus: 62-64,
أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَآءَاللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ. الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ. لَهُمُ الْبُشْرَى فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الأَخِرَةِ لاَ تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.
“Ingatlah, sesungguhnya Wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. MEreka mendapatkan kabar gembira di dalam kehidupan dunia dan akhirat. Tidak ada perubahan dalam janji-janji Allah. Yang demikian itu merupakan kemenangan yang besar”
Berdasarkan ayat tersebut Sifat & Karaktetistik Wali-wali Allah itu adalah:
1. Laa khoufun (لاَ خَوْفٌ), tidak memiliki rasa takut kepada kehidupan dunia. Hal ini disebabkan karena dunia diposisikan sebagai media / alat untuk mencapai tujuan hidup. Wali Allah takjub kepada Allah Yang memberikan kehidupan dunia.
2. Walaahum yahzanuun (وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ), tidak sedih ketika mendapatkan musibah, dan kesehatannya diambil Allah.
3. Alladzina aamanu (الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا), mereka adalah orang-orang yang beriman.
4. Wakaanuu yattaquun (وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ), buahnya adalah mereka mengaplikasikannya dengan ketaqwaan kepada Allah.
5. Lahumul busyroo (لَهُمُ الْبُشْرَى). Mereka mendapatkan kabar gembira ketika hidup di dunia dan akhirat. Kabar gembira ini merupakan tanda diterima ibadahnya, sehingga Allah telah memberikan semacam DP (bonus) sebelum ia mendapatkan hasil sebenarnya di kehidupan yang hakiki. ‘Tanda jadi’ tersebut sebagai bukti bahwa amal salehnya mendapatkan respon dan penghargaan dari Allah Swt. Betapa banyak kisah para sahabat dan orang-orang saleh yang sudah divonis akan memasuki surga.
Busyro sebagai tanda bukti seseorang dalam meniti jalan kepada Allah menyebabkan hatinya terasa nyaman, kemanisan dan kelezatan ibadah dirasakannya. Bagi mereka yang berani berkorban dan tidak khawatir lagi dengan kehidupan dunia disebabkan karena mereka sudah mendapatkan informasi atau kabar gembira akan kehidupan akhirat nanti. | (lq)
(Mutiara Qini Nasional, 2 September 2016)
Sumber : http://www.al-idrisiyyah.com/read/article/845/sifat-dan-karakteristik-wali-dalam-al-quran