al-idrisiyyah.com | Tasikmalaya - Pada momen pengajian malam Jum'at (27/10/2016) Sekretaris Pribadi Syekh Akbar Muhammad Fathurahman, Ustadz Luqmana Amir, S.Ag memberikan penghargaan kepada Jamaah Al-Idrisiyyah yang memberikan kontribusi dalam dakwah melalui media sosial.
Para Juara
Penyerahan Hadiah Buku Jalan Menuju Tuhan Kepada Para Juara
Satu per satu hasil karya Jamaah Al-Idrisiyyah yang bertemakan Politik dalam Islam ditampilkan didepan para santri dan jamaah yang hadir. Ada yang berdakwah dengan gaya bahasa santai, ada pula yang membahas dari sisi keilmuan. Aneka ragam bahasa yang digunakan tentunya ditujukan kepada masyarakat yang beragam.
Politik dalam Islam yang disampaikan para laskar dakwah Al-Idrisiyyah ini merupakan ekspresi dari penjelasan yang disampaikan Syekh Akbar mengenai hubungan memilih pemimpin dengan Sara (Suku Agama Ras dan Antar Golongan).
Siti Aminah, Sandra Yusuf serta Egi Ali Zarah diumumkan sebagai orang yang mendapatkan penghargaan atas dakwahnya disosial media.
Karya Dari Siti Aminah yang di Perlihatkan Kepada Jamaah
Menyinggung masalah politik dalam islam, ada dua hal yang disampaikan oleh Syekh Akbar pada hari Rabu (26/10/2016) kepada ustadz Luqmana.
Hal pertama yang disampaikan Syekh Akbar adalah mengenai Hubungan Sara dengan Agama. Suku bangsa dan keturunan menurut Syekh Akbar merupakan anugerah dari Allah Subhanahu wata'ala, sesuatu yang harus diterima, bukan suatu hasil dari usaha dan tidak boleh saling menghinakan atas anugerah ini. Sedangkan agama merupakan suatu pilihan manusia.
"Agama itu mengajarkan tentang nilai-nilai luhur, integritas, anti korupsi, nilai keadilan dan hak asasi manusia." ungkap Syekh Akbar.
Syekh Akbar juga menyampaikan bahwa agama hadir untuk menyelesaikan masalah diberbagai aspek kehidupan. "Agama itu jangan disepelekan dan dianggap menjadi masalah", terang Syekh.
Dari pernyataaan-pernyataan diatas, sungguh tidak logis ketika orang menyamakan anugerah Allah yang harus diterima dengan agama yang dipilih manusia sebagai sebuah sistem untuk menyelesaikan semua permasalahan kehidupan.
Hal kedua yang disampaikan oleh Syekh Akbar adalah berkaitan dengan maraknya pemberitaan mengenai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Syekh Akbar menyampaikan mengenai parameter apa yang harus diutamakan dalam memilih seorang pemimpin.
Syekh Akbar menyampaikan sangat tidak rasional kalau ada orang yang menyatakan bahwa jangan membawa-bawa agama dalam ranah politik. Menurut Syekh Akbar, agama harus menjadi parameter utama dalam menentukan pemimpin. "Menikah saja parameternya agama dulu", tegas Syekh Akbar.
Muncul ungkapan bahwa pemilih yang rasional adalah pemilih yang tidak terpancing dengan isu Sara, sedangkan agama yang hadir untuk menyelesaikan masalah kehidupan dikait-kaitkan dengan Sara. "Berarti orang yang beragama tidak rasional", ungkap Syekh Akbar.
"Orang yang memilih dalam pilkada dikaitkan dengan keagamaannya, justru itu orang rasional.", lanjut Syekh Akbar.
Lalu bagaimana dengan dasar negara Indonesia, adakah yang mengatur urusan agama dalam bernegara, adakah kaitan yang disampaikan Syekh Akbar dengan Pancasila.
Dasar negara Pancasila yang menjadi dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ternyata menempatkan nilai-nilai keagamaan pada sila pertamanya. "Sila pertama, berketuhanan yang Maha Esa itu berbicara tentang Agama", ungkap Syekh Akbar
Ketuhanan yang Maha Esa dijadikan sebagai pondasi kesatu dasar negara itu menunjukan bahwa para pendiri negara Indonesia sangat mengerti bagaimana pentingnya peranan agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama sebagai sistem yang komprehensif, tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan penciptanya, akan tetapi mengatur semua aspek dalam kehidupan manusia, termasuk dalam urusan berekonomi serta bersosial masyarakat.
Sebagai seorang pemimpin bangsa dinegri yang berketuhanan yang maha esa, sudah sewajarnya setiap warga negara untuk mengedepankan nilai-nilai ketuhanan (agama) dalam memilih pemimpinnya.
Seseorang dengan memiliki nilai ketuhanan yang kuat dalam dirinya, sudah barang tentu dia akan dapat menjaga setiap gerak lahir maupun bathinnya, karena ada nilai-nilai ketuhanan dalam hatinya, serta akan mampu menjalankan segala amanat yang diberikan kepadanya, karena berharap akan keridhoan tuhannya. | (uu)