DAHAGA SPIRITUAL MUSLIM HONGKONG
Written By Unknown on Jumat, 07 Oktober 2011 | 08.15.00
Membayangkan status Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terlintas adalah sebagai pembantu rumah tangga, lusuh, tak berpendidikan, kuper, rentan penyiksaan dan lain sebagainya. Sebagian pernyataan di atas ada benarnya dan sulit dihapus. Tapi untuk TKI di Hong Kong yang biasa disebut BMI (Buruh Migran Indonesia), pandangan itu tidak berlaku. Apa yang disampaikan oleh mayoritas ustadz atau motivator yang pernah datang ke Hongkong memberikan penilaian bahwa para pekerja rumah tangga di sana luar biasa. Begitu juga disampaikan oleh artis yang pernah menghibur BMI Hong Kong.
Hak libur setiap Minggu plus 12 hari hak libur nasional setiap tahun dimanfaatkan untuk berorganisasi dan belajar. Saat ini yang terdata oleh KJRI sekitar 43 organisasi yang bergerak di bidang keagamaan. Itu belum termasuk komunitas yang belum mendaftar dan yang ‘tak bernama’ karena mereka hanya sekedar ngumpul sambil belajar. Selain organisasi keagamaan, sebagian BMI juga membentuk organisasi seni, di antaranya seni tari tradisional, modern dance, theater, sastra dan bela diri.
Sejak akhir Oktober 2004 kondisi BMI menunjukkan perbedaan signifikan sejak 2004. Dipelopori oleh organisasi Persatuan Dakwah Victoria (PDV) [yang saat ini menjadi induk beberapa organisasi] ketika itu mencoba mengubah wajah Kampung Jawa (sebutan lain Victoria Park) yang dipadati pekerja perempuan yang berpenampilan layaknya laki-laki.
Menurut catatan KJRI, saat ini BMI di Hong Kong mencapai 300 ribu lebih. Dan mayoritas adalah perempuan. Ada pun BMI laki-laki sekitar 20 orang saja. Itu pun baru ada dalam dua tahun terakhir ini.
Alhamdulillah. Kampung Jawa (Victoria Park) saat ini terlihat seperti kota santri. Setiap sudut komunitas menunjukkan aktivitas yang positif, di antaranya mengaji dan bermain hadhrah. Bahkan pada tengah taman di bawah pohon pinus, ada surga dunia yang diciptakan oleh 50-an BMI yang tergabung dalam MQ () Victoria Park, dipenuhi suara lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. MQ bukanlah organisasi. MQ hanya menghususkan pada pembelajaran dan seni melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an. BMI yang belajar di MQ umumnya berasal dari organisasi keislaman yang berada di Hong Kong. Setiap helatan pengajian dengan mengundang ustadz dari tanah air, biasanya MQ diminta untuk membuka acara dengan pembacaan Al-Qur’an beserta sari tilawahnya.
Pencapaian kota santri memang tak lepas dari berdirinya PDV. Perlahan namun mujarab, taklim yang dulu bila mengundang ustadz hanya dihadiri puluhan BMI saja, kini bisa dihadiri ribuan jamaah. BMI berpenampilan tomboy itu perlahan berkurang. Walaupun masih ada, namun komunitasnya sedikit.
Dari perubahan ini ditemui, sebenarnya BMI Hong Kong haus akan siraman ruhaniah. BMI tomboy yang memiliki kecenderungan menyukai sesama jenis, dengan sembuyi-sembunyi mulai mempelajari dan membaca buku-buku Islami. Seperti main petak umpet, mereka pun masih malu-malu mengenakan baju yang lebih menutup tubuh. Mereka memilih cara ini, karena perubahan dalam penampilan sering mendapat ejekan.
Pada era 2004 atau sebelumnya, bisa dikatakan BMI Hong Kong pada puncak kehancuran akhlak. Belum ada bimbingan ruhaniah. Masjid terasa seperti hotel bintang lima. Belum ada organisasi, yang ada hanya pemandangan BMI berpasang-pasangan dengan sesama jenis di taman Victoria.
Pergeseran waktu memberikan berbagai pengalaman hidup pada manusia. Dan itu semua tidak terlepas dari campur tangan Allah Sang Pembolak-balik hati hambaNya. Kegagalan dalam materi, penghianatan dalam rumah tangga maupun oleh pasangannya, memberikan pelajaran dan meninggalkan noda pada perasaan. Jatuh bangun akibat pergaulan bebas, membuat sebagian BMI meraba-raba mencari pegangan. Perasaan malu dan hina menghantui mereka. Untuk menghadiri pengajian pun mereka enggan, karena menimbang pantas tidaknya.
Apa pun yang terjadi, itu adalah masa lalu. Kini sebagian BMI Hong Kong masih terus bergelut dirinya mengalahkan godaan nafsu. Kegiatan seperti berorganisasi adalah satu upayanya. Untuk pembekalan keimanan, berbagai organisasi berlomba menggelar pengajian, dari ustadz ternama sampai artis yang mulai redup pamornya.
Saat ini, pengajian yang mengundang ustadz dari Indonesia bisa berbenturan di 5 tempat dalam sehari. Saking seringnya, ada BMI yang merasa bosan, karena materi penyampaian yang membosankan dan itu-itu saja. Malah ada yang mengatakan, pengajian bukan lagi sebagai sarana dakwah, tapi ladang bisnis.
Adanya rasa sungkan untuk menggelar pengajian pada lokasi yang sama, yang sebenarnya telah diketahui oleh penyelenggara, menimbulkan pandangan bahwa pengajian saat ini seperti persaingan. Sekedar untuk menarik jamaah, artis pun sering dipasangkan dalam acara-acara dakwah. Penyelenggara menyampingkan apakah materi dakwah itu kena atau tidak, yang penting bagi mereka jamaah penuh.
Pelawak, artis dangdut sering kali tampil untuk melantunkan sholawat. Yang menurut penyelenggara dapat menghibur sekaligus memberi pencerahan. Akan tetapi, beberapa kali pelecehan terjadi. Pelawak atau artis itu mengungkapkan kalimat-kalimat bernada vulgar.
BMI Hong Kong yang melek teknologi dan banyak membaca buku-buku Islami bisa menimbang dan menilai, ustadz siapa atau motivator mana yang bisa membuka pemahaman dan membimbing mereka sesuai yang mereka butuhkan. Di tengah kebosanan akan taklim, ada keharuan yang menyelimuti jama’ah dan panitia penyelenggara pengajian, di Hong Kong baru-baru ini.
Minggu malam, di tengah rasa lelah yang dialami panitia, terdapat beberapa SMS masuk, “Mbak, saya belum pernah mengalami pengajian sebagus ini, perasaan saya benar-benar terbawa, air mata saya tumpah. Kapan Syekh datang lagi?” juga, “Mbak, pengajiannya bagus,” dan beberapa SMS yang senada lainnya.
Pengajian yang diselenggarakan oleh organisasi Al-Karimah, Lentera Qolbu dan Majalah Pandu ini sempat membuat penyelenggara ketar-ketir karena kedatangannya di tengah ancaman badai topan 8. Beberapa penerbangan mengalami penundaan. Belum lagi acara yang sama digelar secara bersama dari Sabtu dan Minggu di beberapa lokasi. Bahkan pada hari Jum’at panitia dihubungi oleh pengelola gedung, kemungkinan tidak adanya tempat untuk acara hari Minggu di Yuen Long Town Hall. Padahal tempat telah dibooking dari bulan April lalu. Ketegangan dan kesemrawutan kepanitiaan menjadi pelajaran tersendiri pagi penyelenggara. Hal ini disampaikan oleh Tika Indriyani, selaku koordinator kepanitiaan.
“Sabar dan keikhlasan demi dakwah semata, harusnya lebih diutamakan,” ucapnya. Pengajian itu sendiri berlangsung selama dua hari, Sabtu (1/10) di Masjid Jami Tsim Sha Tsui, Kowloon dan Minggu (2/10) di Yuen Long Town Hall, New Territories.
Pengajian yang bertemakan, ‘Menggali Potensi Diri Menuju Ma’rifatullah’ (1/10); ‘Keikhlasan Menggapai Taqwa yang Hakiki’ (2/10), membekas dalam hati setiap jama’ah. Tema dan cara penyampaian yang disampaikan oleh Mursyid Al-IdrisiyYah, Syekh Muhammad Fathurahman,M.Ag, membawa kesejukan bagi jama’ah. Acara Tanya jawab pun molor dan menyita sebagian waktu karena banyaknya jama’ah hendak berkonsultasi keagamaan maupun masalah keluarga.
Ada jama’ah yang bertanya atas najis babi dan liur anjing, Syeikh Muhammad Fathurahman,M. Ag, “Allah melarang sesuatu atau mengatakan untuk berbuat sesuatu, itu ada hikmahnya. Ada sebagian sebab larangan itu telah diketahui manusia, ada yang tetap dijaga kerahasiaanya oleh Allah. Misalnya babi haram, menurut penelitian karena babi banyak mengandung bakteri jahat, yang akan berdampak buruk pada kesehatan bila dikonsumsi. Sedangkan kenapa liur anjing najis, karena bakteri pada liur anjing, apalagi bila digigit bisa menimbulkan rabies. Orang yang tidak menghiraukan larangan, ia baru akan menyadari semua larangan itu ketika kesehatannya terganggu, semua fungsi panca inderanya menurun.”
Tentang keikhlasan yang kalimatnya bisa terdengar setiap hari-setiap saat, ternyata juga menjadi pertanyaan sendiri bagi jama’ah. Bahkan membutuhkan penjelasan lebih tentang makna keikhlasan ini.
“Assalamu’alaikum Syeikh. Saya mau bertanya ikhlas itu sebenarnya yang bagaimana? Kadang orang memberi sambil berkata, saya ikhlas kok, bener…katanya bila orang berkata seperti itu malah tidak ikhlas. Ini bagaimana Syeikh?”
Lontaran pertanyaan yang bernada sepele itu membuat jama’ah tertawa. Pun Syeikh Fathurahman. Namun ketika mendengar penjelasan makna ikhlas yang sesungguhnya, semua jama’ah kitmad seperti terhipnotis.
“Nilai ikhlas itu tidak bisa diucapkan, karena hanya Allah yang mengetahuinya. Kita bisa mengucapkan kata ridho atau rela, bila memberi sesuatu. Ikhlas itu hanya di dalam hati, dan hanya Allah yang bisa mengetahui hati manusia.
Ciri orang yang tidak ikhlas, ia mudah putus asa. Karena harapannya ia gantungkan kepada manusia, bukan kepada Allah. Beda bila orang melakukan sesuatu semata-mata karena Allah. Hidupnya akan tenang. Akan mensyukuri apa yang telah dimilikinya. Tanda-tanda orang yang tidak ikhlas akan menimbulkan perpecahan, tidak akur sesama teman. Sedang orang ikhlas akan menghargai orang lain. Ketidakikhlasan akan menjembatani iblis memecah umat Islam. Yang mengetahui ikhlas adalah Allah.”
Kehadiran Syekh Fathurahman serasa tetes embun yang jatuh di musim kemarau. Di tengah maraknya helatan pengajian, di tengah rasa bosan atas materi pengajian yang banyak guyonan, penyampaian Mursyid Al-Idrisiyah yang sudah berkunjung ke Hong Kong tiga kali ini, mampu menciptakan suasana yang berbeda. (06/10/11)
Fhm.
Sumber : http://www.al-idrisiyyah.com/read/article/260/dahaga-spiritual-muslim-hongkong
Labels:
Dakwah Di Hongkong,
External