Selasa, 15 Desember 2015
Silaturahmi Mahasiswa UIN Bandung
Menggagas Al-Idrisiyyah sebagai Laboratorium Tarekat
Foto Bersama
Sebanyak 220 Mahasiswa Kunjungi Pusat Tarekat Al-Idrisiyyah
al-idrisiyyah.com, Cisayong - Shalat Subuh berjamaah baru saja selesai, tapi Pengurus Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah terutama divisi Promosi dan Event sudah super sibuk. Rupanya pagi ini, Sabtu (12/12/2015), Al-Idrisiyyah Pusat di Cisayong Tasikmalaya kedatangan tamu dari Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung. Tamu sebanyak 200 orang mahasiswa plus dosen itu datang dengan empat Bus Pariwisata. Menurut Ujang Suyatman dosen yang mendampingi, tujuan kunjungan ini, karena ingin memadukan informasi yang didapat di ruang perkuliahan dengan kenyataan.
"Kami mohon maaf, masih kata Ujang, karena rencananya datang lebih awal, sekitar jam 02 malam. Tapi, salah satu bis mengalami gangguan di perjalanan. Jadi tidak bisa tahajud bersama," kata Ujang Suyatman dalam sambutannya.
Luar biasa...! Ujang Suyatman menunjukkan rasa kagumnya. Dia merasa terkejut dengan kenyataan yang ada di Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah. Awalnya dia mengira, Tarekat Al-Idrisiyyah tak lebih dari kelompok pengajian seperti umumnya pengikut Tarekat. Zikir, wirid atau mendawamkan ritual-ritual yang khas dalam kelompoknya, begitulah tradisi dunia Tarekat.
"Tapi, begitu ustadz-ustadz Al-Idrisiyyah memperkenalkan, sadarlah kami tarekat tidak hanya dipojok-pojok masjid.
"Itulah pelajaran pertama yang kami dapat dari kunjungan ini," ungkapnya.
Dalam sesi perkenalan Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah menyuguhi tamu dari UIN Bandung ini dengan rekaman profil Tarekat Al-Idrisiyyah. Sajian rekaman ini menyuguhkan program-pr
ogram Al-Idrisiyyah seperti kesibukan program dakwah Syekh Muhammad Fathurahman ke Zawiyah (cabang) dalam negeri seperti Papua dan luar negeri seperti Hongkong, China, Malaysia dan sebagainya. Selain kemajuan Divisi pendidikan dan Peranan Muslimah, profil singkat itu juga memperkenalkan usaha dibidang ekonomi, seperti pengelolaan Rest Area, BMT, Qini Mart dan Tambak Udang Vaname di Pantai Cipatujah.
"Padahal dari buku-buku di ruang kuliah, kami dapati buku-buku yang membahas tarekat, bahwa tarekat itu menghambat dinamika. Ternyata disini (Al-Idrisiyyah) ada kajian sekaligus praktik ekonominya," kata Ujang Suyatman berdecak kagum.
Ujang Suyatman menjelaskan, dia datang bersama dosen-dosen pangampu kajian Islam. Para dosen ini mendampingi mahasiswa yang juga mempelajari kajian Islam. Mereka mahasiswa jurusan Sastra Inggris.
Jadi apa yang dipelajari di kampus UIN Bandung, tentang Kajian Aqidah Fiqih dan Tauhid, itu dipadukan dengan apa yang terjadi di masyarakat, bagaimana praktiknya.
Kunjungan di masyarakat itu nanti akan menjadi bahan kajian di bangku kuliah. Jadi tak sekadar wisata religi. "Bagi saya Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah adalah sebuah inspirasi baru," katanya antusias.
Untuk selanjutnya Ujang Suyatman akan menindaklanjuti kunjungan ini, dia menginginkan kerjasamanya agar Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah bersedia untuk menjadi semacam laboratorium penelitian bagi mahasiswa UIN Bandung.
Sebelum berangkat, Ujang Suyatman mengungkapkan, sudah membuka file tentang Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah. Dia mendapati profil tarekat Idrissiyyah ini mengembangkan wawasan keterbukaan dan toleransi atas perbedaan di masyarakat. Dirinya sangat setuju dengan hal ini, karena fiqih memang sarat dengan perbedaan. Hal ini juga yang sering dia kembangkan dalam memberi kuliah kepada mahasiswa, bahwa perbedaan itu sesuatu yang niscaya, tidak usah dipertentangkan tapi lebih baik dipadukan dalam kebersamaan,
"Itu saya temukan disini," tegasnya.
Kedatangan mahasiswa UIN Bandung ke Pesantren Tarekat Al-Idrisiyyah memang bukan yang pertama. Khususnya dalam lima tahun terakhir memang bergantian mahasiswa UIN Bandung berkunjung untuk penelitian, seperti dari jurusan Pendidikan Agama Islam dan Psikologi. Kunjungan mahasiswa UIN kali ini adalah jumlah yang terbesar.
Dalam menjawab pertanyaan mahasiswa tentang perkembangan Divisi Ekonomi di Al-Idrisiyyah, Ustadz Aka Bonanza menjelaskan, pembentukan divisi ekonomi ini mencakup tiga asas. Pertama, sebagai aplikasi dari nilai-nilai Islam. Kedua, sebagai media dakwah. Ketiga sebagai ‘bensin'-nya dakwah.
"Divisi ekonomi ini berfungsi sebagai sumber dana dakwah, jadi dakwah Al-Idrisiyyah ini berlangsung secara mandiri, tidak meminta-minta di pinggir jalan," tutur Aka.
Selanjutnya mahasiswa UIN Bandung ini berkeliling untuk mengenal lebih dekat Pesantren Al-Idrisiyyah. Mereka diajak untuk ngobrol langsung dengan santri, mengenal lebih dekat kehidupan pesantren. Dalam kesempatan ini Syekh Muhammad Fathurahman turun langsung menemani tamunya.
Semoga kunjungan ini hal ini menjadi awal dari perkembangan dari kajian-kajian keislaman yang lebih baik lagi.(EM)
Sumber : http://www.al-idrisiyyah.com/read/article/580/menggagas-al-idrisiyyah-sebagai-laboratorium-tarekat