Selasa, 5 Maret 2013
KUNJUNGAN KE KANTOR MUI JABAR
Kunjungan ke MUI Jabar-1
Menyambung Silaturahim.
Beberapa pengurus Al-Idrisiyyah berkunjung ke kantor MUI Jabar pada Jum’at sore (8/2). Maksud kedatangan tersebut adalah dalam rangka silaturahim dan menyampaikan beberapa permasalahan kepada lembaga umat yang diakui pemerintah dan umat Islam se-Jawa Barat itu.
Pertemuan sempat tertunda sejenak ketika ada informasi rombongan FPI datang ke kantor MUI Jabar, karena kedatangan pimpinan Al-Idrisiyyah disertai puluhan orang berpakaian serba putih. Seperempat jam kemudian rombongan Al-Idrisiyyah yang diwakili oleh 4 orang dipersilahkan masuk ke ruang kerja MUI.
Setelah kedua belah pihak memperkenalkan jajaran pengurus yang menyertainya Syekh M. Fathurahman selaku pimpinan Al-Idrisiyyah menyampaikan kronologis kasus pencemaran nama baik ke Lembaga Al-Idrisiyyah.
Selanjutnya Syekh M. Fathurahman menyerahkan literatur Idrisiyyah tersebut dan diterima dengan gembira oleh KH. Hafidz Usman. Setelah pembicaraan tersebut KH. Hafidz Usman menanyakan beberapa naskah kitab yang dihadiahkan kepadanya, serta menanyakan sisi ajaran Idrisiyyah. Dengan senang hati Syekh M. Fathurahman menjelaskannya satu persatu. ‘Saya bermaksud bertanya nih, bukan memeriksa!’ kata KH. Hafidz Usman. Pernyataan ini disambut tawa dan senyuman oleh semua yang hadir.
Pembicaraan berlanjut kepada selingan yang membahas masalah yang ringan, seperti menceritakan asal dan nama seputar Idrisiyyah. Yang diketahui oleh Kiyai dari Pegendingan adalah Qori Nanang Qosim ZA. yang merupakan cucu dari Syekh Abdul Fattah, pembawa Tarekat Idrisiyyah ke indonesia.
Pada kesempatan itu pula Kiyai asal Cirebon ini memperkenalkan cucu Kiyai Suja’i yang menjadi salah satu stafnya. Beliau menceritakan bahwa KH Suja’i adalah anggota konstituante yang tertua, dan ia memimpin sidang yang pertama. Ketika memimpin sidang ia mengawali dengan Al-Fatihah, seketika itu pula ia diprotes oleh tokoh PKI. Kejadian ini menunjukkan bahwa figur Beliau memiliki integritas yang kuat dalam memperjuangkan ajaran Islam.
Kiyai Hafidz kemudian menanyakan seluk beluk sejarah dan silsilah Idrisiyyah, dan secara kebetulan sejarah tersebut beserta profil pimpinan Al-Idrisiyyah sudah ada di buku yang telah diterimanya. Syekh M. Fathurahman menceritakan riwayat pendidikannya di pesantren (sebanyak 13 buah). Dan yang paling lama adalah di Pesantren Sukabumi yang diasuh oleh KH. Aang Syadzily. Kiyai Hafidz amat mengenalnya, dan mengaguminya. Bahkan menurutnya, meninggalnya pun ketika berada di dalam mobil yang ia setir sendiri seusai berdakwah. Hal itu merupakan peristiwa yang luar biasa.
Syekh M. Fathurahman mengingat kembali kenangan 3 bulan sebelum kepergian Gurunya tersebut, semua muridnya diingatkan untuk mengubah sistem pembelajaran yang tidak hanya bertumpu pada Ilmu Alat (Nahwu Sharaf) saja tapi sudah waktunya untuk mempelajari Tasawuf untuk melembutkan hati. Mengingat sebelumnya yang diajarkan di pesantren tersebut adalah ilmu alat semuanya.
KH. Hafidz Usman menegaskan bahwa berita tentang adanya penyimpangan ajaran Idrisiyyah yang disampaikan ke MUI Pusat tidak ada, karena beliau sendiri merupakan salah satu ketua di Komisi Fatwa MUI Pusat. Bahkan, beberapa waktu lalu pernah mengadakan kunjungan ke beberapa daerah Tasikmalaya bersama Sekretaris MUI Kabupaten, tapi menurutnya tidak terdengar berita-berita semacam ini. Tapi, menurutnya Alhamdulillah informasi ini segera datang kepadanya untuk dipelajari lebih lanjut.
Bandung, 8 Februari 2013.
Sumber : http://www.al-idrisiyyah.com/read/article/380/kunjungan-ke-kantor-mui-jabar